Air adalah sumber kehidupan. Tanpa air kehidupan akan menjadi gersang.
Geographer - Free Researcher - Geography Teacher - Hydrology Interest - Aktivis
Ahmad Munir, Alumni Geografi FMIPA UI
“Tugas Ilmuan adalah menggerakkan perubahan pada masyarakat menuju pencerahan dan kondisi yang lebih baik. Ilmuan yang demikian yang dimaksud dengan ilmuan yang berbuah, yakni buah dari ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk sesama”.
(Ahmad Munir, 2017)
Motto
“Undang-undang Dasar Negara kita menghendaki, air menjadi sumber daya yang dikuasai negara, dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia” – UUD RI 1945.
Prinsip
“Tugas Ilmuan adalah menggerakkan perubahan pada masyarakat menuju pencerahan dan kondisi yang lebih baik. Ilmuan yang demikian yang dimaksud dengan ilmuan yang berbuah, yakni buah dari ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk sesama”.
(Ahmad Munir, 2017)



Salam Lestari!
Puji dan Syukur, saya panjatkan kehadirat Allah Swt, atas karunianya saya dapat membangun situs ahmadmunir.page.tl. Situs ini menjadi media komunikasi antara pembaca artikel dengan saya secara pribadi. Juga menjadi situs untuk menuangkan gagasan, utamanya tentang Air (Hidrologi). Misinya tentu untuk melestarikan keberlanjutan air di muka bumi.
Situs ini sudah mulai dibangun sejak tahun 2007, sejak menjadi mahasiswa. Tujuanya tidak lain, hanya untuk menuangkan gagasan dan menginformasikan, sesuatu yang cukup penting bagi masyarakat. Sampai 2017 ini, situs ini masih tetap aktif dan terus dalam tahap pengembangan.
Targetnya dari sisi pengunjung, kami berharap tahun 2018 dapat tercapai 1000.000 (satu juta) visitor. Semakin banyak pengunjung, semakin banyak manfaat yang dapat diambil oleh masyarakat.
Oleh karena itu, saran dan masukan untuk pengembangan situs ini sangat kami harapkan.
Salam Lestari!
Hormat saya

 

 

Ahmad Munir

Gambar. Usai menjadi nara sumber dalam Talkshow Mengatasi Banjir di DKI Jakarta di Studio Radio KBR68H Jakarta


Download Talkshow 3 (Radio Elshinta 90.0 FM): www.4shared.com/file/tHo7GLface/Elshinta_Radio_20151101_131858.html
Link berita: www.portalkbr.com/berita/perbincangan/3106185_5534.html
Download talkshow 2: www.4shared.com/mp3/YbRBrU9Ice/Program_Bumi_Kita_Radio_KBR68H.html

Link berita: www.portalkbr.com/berita/perbincangan/2440828_4215.html
Download talkshow: www.4shared.com/mp3/ZWuxVQCQce/Mengatasi_Banjir_Jakarta_Radio.html

Link berita: www.rakyatmerdekaonline.com/news.php
Link berita: wartakotaepaper.tribunnews.com/wartakoran/2013-10-03/files/assets/seo/page11.html
Link berita: www.greenradio.fm/news/latest/8244-pendekatan-ekologi-untuk-normalisasi-ciliwung
Link berita: nusantara.rmol.co/read/2010/09/25/4743/Kualitas-Air-Ibukota-Makin-Buruk-&-Kotor-

 

 

 

Terus Ancam Jakarta dan Kian Hari Tambah Gawat
Kuantitas dan kualitas air Jakarta terus turun. Selain cadangan air tanah semakin terkuras, sebagian air sumur juga tercemar bahan-bahan organik dan anorganik.
Masalah air di Jakarta kian hari kian gawat. Penduduk semakin sulit memperoleh air bersih dan sehat. Selain air tanahnya yang tercemar, Jakarta yang dihuni hampir 12 juta jiwa ini juga punya masalah serius, ketersediaan air tanah di beberapa wilayah. Sedangkan pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya belum maksimal. Kebutuhan air bersih yang bisa dipenuhi dari air PAM Jaya hanya 51 persen, sisanya sebesar 49 persen dipenuhi air bawah tanah dan air permukaan.
Krisis ketersediaan air tanah terjadi karena warga Jakarta memanfaatkan air tanah secara berlebihan. Pada saat bersamaan, jumlah sumur bor yang menyedot air tanah hingga kedalaman puluhan meter terus bertambah seiring dengan tumbuhnya kawasan industri. Kondisi ini diperparah oleh kontrol yang lemah. Pengambilan air tanah secara besar-besaran akan berdampak pada kekosongan air dalam tanah. Akibatnya, permukaan tanah bisa semakin menurun dan cadangan air tanah menipis.
Akibat lainnya, pada musim kemarau, warga juga harus bersiap-siap memperdalam sumurnya untuk memperoleh air tanah. Atau harus mengganti pompa air baru agar bisa menyedot air tanah.
Berdasarkan data Dinas Pertambangan DKI Jakarta tahun 2004, yang masuk zona sangat kritis adalah kawasan dengan kedalaman muka air tanah lebih dari 16 meter dengan fluktuasi muka air tanah lebih dari delapan meter. Sedangkan zona kritis yang memiliki kedalaman muka air tanah 12-16 meter dengan fluktuasi muka air tanah 6-8 meter. Daerah yang masuk zona kritis, dan sangat kritis, antara lain Cempaka Putih, Johar Baru, Senen, Tanah Abang di Jakarta Pusat; Kembangan, Kebon Jeruk di Jakarta Barat; Setiabudi, Kebayoran Lama, Tebet, Pasar Minggu, Jagakarsa di Jakarta Selatan; dan Duren Sawit, Makassar, Cipayung, Ciracas, Pasar Rebo di Jakarta Timur.

Daerah yang tergolong zona rawan dan sangat rawan antara lain Cengkareng, Petamburan, Kebon Jeruk, Kembangan, Taman Sari, dan Gambir. Selain itu, Menteng, Setiabudi, Matraman, Johar Baru, Pulo Gadung, dan Cakung.
Krisis air tanah terjadi antara lain karena air hujan yang turun tidak bisa terserap dalam tanah. Akibatnya, sebagian besar air hujan mengalir di permukaan tanah (run off), dan selanjutnya mengalir ke sungai. Banyaknya lahan untuk ruang terbuka hijau (RTH) yang dikonversi menyebabkan minimnya penyerapan air ke dalam tanah. Air hujan yang jatuh ke tanah akan langsung terbuang ke laut.
Pada tahun 2000, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta mencatat, luas RTH di Jakarta hanya 18.180 hektar atau 28 persen dari luas wilayah DKI. Padahal, Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1998 tentang Penataan RTH di Wilayah Perkotaan harus mencapai 40 persen dari seluruh luas wilayah. Menambah RTH di Jakarta bukan pekerjaan gampang karena banyak area yang sudah terbangun.
Menurut Neraca Keseimbangan Lingkungan Hidup Daerah (NKLHD) 2001, luas wilayah Jakarta 661 kilometer persegi dengan luas areal yang sudah terbangun sebanyak 92 persen.
Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan DKI, potensi curah hujan di wilayah DKI Jakarta sebesar tiga miliar meter kubik. Dari potensi itu, 64 persen di antaranya mengalir ke permukaan tanah dan 25 persen meresap ke dalam akuifer bebas. Total potensi air tanah dalam sebesar 77 juta meter kubik. Buruknya kualitas air tanah dan berkurangnya air yang meresap ke dalam tanah menyebabkan potensi cadangan air tawar tidak bisa dimanfaatkan sepenuhnya.
Untuk mengisi kembali air tanah sebagai cadangan air, tampaknya perlu dilakukan gerakan pembangunan sumur resapan air hujan di perumahan atau permukiman. Selain di pekarangan rumah penduduk, sumur resapan dapat dibangun di taman permukiman, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya.
Sumur resapan adalah sumur gali yang berfungsi untuk menampung, meresapkan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah. Dengan adanya sumur resapan, air hujan bisa lebih efektif terserap ke dalam tanah. Selain itu, upaya memperbanyak ruang terbuka dan resapan air, khususnya di kawasan bercurah hujan tinggi, amat diperlukan sebagai jalan keluar. Ini pun dinilai baru efektif apabila didukung kebijakan pemerintah daerah.
Kualitas air tanah
Selain kuantitas air yang menurun, kualitas air tanah yang dikonsumsi warga juga semakin buruk. Hasil klasifikasi Indeks Pencemaran (IP) di 48 sumur yang tersebar di lima wilayah menunjukkan 27 sumur tercatat cemar berat dan cemar sedang dan 21 sumur lainnya terindikasi cemar ringan dan dalam kondisi baik.
Wilayah yang mempunyai kualitas air paling jelek adalah Jakarta Utara. Tujuh dari delapan sumur yang dipantau di wilayah ini masuk kategori cemar berat dan sedang. Pada umumnya wilayah ini digunakan untuk pemukiman kawasan industri dan permukiman padat. Adapun wilayah yang kualitas airnya masih cukup baik adalah Jakarta Selatan. Di wilayah ini umumnya digunakan untuk permukiman teratur.
Hasil pemantauan juga menunjukkan 67 persen sumur mengandung bakteri coliform dan 58 persen mengandung fecal coli melebihi baku mutu. Bakteri ini biasanya berasal dari air buangan rumah tangga, sungai, atau septic tank. Bakteri penyebab diare, sakit perut, muntah, dan mulas-mulas ini merembes dari permukaan tanah ke dalam air resapan dengan gampang. (Kompas)

Jakarta (ANTARA News) - Program gerakan kepedulian terhadap air tanah yang dicanangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pada Selasa siang, menawarkan konsep 5R yakni reduce (menghemat), reuse (menggunakan kembali), recycle (mengolah kembali), recharge (mengisi kembali), dan recovery (memfungsikan kembali).

"Konsep 5R ini diharapkan bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," kata Kepala Dinas Pertambangan DKI Jakarta, Peni Susanti dalam acara pencanangan Gerakan Peduli Sumur Resapan "Selamatkan Air Tanah Jakarta".
Ia menjelaskan, konsep penghematan 5R minimal 20 liter per hari per orang, "Gunakan air secukupnya."
"Kita mendesak agar masyarakat menggunakan air bekas untuk keperluan yang tidak membutuhkan air bersih misalnya menyiram taman dan mencuci kendaraan," kata Peni.
Lebih lanjut konsep recycle adalah mengolah air limbah menjadi air bersih dengan menggunakan metode kimiawi sehingga layak digunakan lagi.
Sementara konsep recharge atau mengisi kembali, masih kata Peni, adalah konsep memasukkan air hujan ke dalam tanah dan ini dapat dilakukan dengan cara membuat sumur resapan.
Dan konsep recovery yakni memfungsikan kembali tampungan-tampungan air dengan cara melestarikan keberadaan situ serta danau.
Data Pemprov DKI Jakarta mencatat saat ini sumur resapan yang sudah dibangun baru mencapai 37.840 titik atau sekitar 16,71 persen dari total kebutuhan 226.466 titik.
Setiap tahunnya permukaan tanah di Jakarta turun 0,8 cm, sehingga kini ketinggiannya tinggal 0-10 meter di atas permukaan laut. Di sisi lain, terjadi kenaikan permukaan air laut 0,57 cm per tahun.
Air tanah Jakarta pun terus terancam, karena setiap tahun air tanah turun. Sekitar 87 persen di antaranya diakibatkan oleh gedung bertingkat dan 13 persen sisanya disebabkan oleh pengambilan air tanah yang tak terkendali.

This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free