Air adalah sumber kehidupan. Tanpa air kehidupan akan menjadi gersang.
Kerusuhan Priok JAKARTA – Sejak pascabentrok Rabu (14/4) lalu, kondisi warga yang menjadi korban nyaris luput dari pemberitaan media. Hampir semua media memberitakan tentang korban Satpol PP, ataupun ucapan belasungkawa Gubernur dan Presiden. Kondisi itu, tentu menyebabkan spekulasi, jika warga Tanjung Priok adalah warga yang kejam dan sadis yang tidak perlu diberitakan.
Hal itu dikemukakan R Hamdani saat jumpa pers bersama beberapa warga yang menjadi korban bentrokan sengketa tanah Makam Mbah Priok tersebut. Menurutnya, gencarnya pemberitaan media adalah pemberitaan sebelah saja. “Korban masyarakat dan anak-anak warga Tanjung Priok adalah warga yang kejam dan sadis yang tidak perlu diberitakan, seakan-akan warga Tanjung Priok musuh pemerintah,” kata Hamdani, kepada wartawan, di Koja, Jakarta Utara, Ahad (18/4). Padahal, lanjutnya, semestinya, warga yang menjadi korban Tanjung Priok itulah yang mendapatkan perhatian. Baik itu berupakan korban jiwa, korban luka-luka maupun korban harta benda.
Beberapa korban yang sedang bersama Hamdani mengungkapkan rasa kesalnya kepada pemerintah, terutama pihak Rumah Sakit Koja. Mereka mengaku, saat mereka dirawat di RS Koja, tiba-tiba meskipun belum pulih mereka dipaksa pulang. “Saya diusir. Padahal saya belum sembuh, bahkan, masih sangat sakit,” kata Soleh (25), warga Jalan Lagoa, no 9, RT 11/4, kelurahan Lagoa, Kecamatan Koja. Soleh mengalami luka-luka di bagian kepala, pelipis mata hitam, dada dan pipi. Luka-luka, kata Soleh, disebabkan pukulan Satpol PP. Soleh mengaku, tidak ikut bentrok. Dia mengaku, hanya mengirim air ke warga yang ada di makam sekitar pukul 11.00 WIB. “Tiba-tiba sepulang dari makam, di dekat masjid saya diamuk sama satpol PP,” akunya.
Saat mengantarkan air itu, kata Soleh, dia tidak sendirian. Tetapi, sedang bersama 5 orang temannya, yakni Erwin (25), Amin (25), Dino (24), Gondrong (28) dan Supriyanto (59). Namun, dari 6 orang itu, Supriyanto merupakan korban yang lukanya paling parah. “Dia sekarang di RSCM. Kalau melihat kondisinya, ia bisa buta permanent. Tapi semoga tidak,” kata Muslim Arbi, anak Supriyanto, menyesalkan pemukulan Satpol PP pada warga yang tidak bersalah itu.
Menurut mereka, Supriyanto ditangkap Satpol PP, dipukul sekujur tubuhnya, termasuk matanya, sehingga kacamatanya pecah dan masuk ke dalam mata. Akibatnya, mata Supriyanto harus dioperasi.
Dalam pantauan Republika, Soleh, Erwin dan Amin yang juga ikut dalam jumpa pers tersebut betul-betul mengalami luka-luka. Sebagian besar luka mereka terdapat di bagian kepala dan punggung. Muslim juga mengaku, tidak hanya mereka saja korban kekerasan Satpol PP itu. Selain mereka, ada juga Bayu Listiyanto (14) yang saat ini dalam keadaan kritis di RS Koja. Bayu, kata Muslim, mengalami luka di punggung akibat diseret Satpol PP. Selain itu, kepalanya juga luka-luka akibat dipukuli Red: Taufiqqurachman Bachdari sumber: (http://republika.co.id)
|
PT Pelindo II mengklaim sebagai pemilik tanah seluas 145,2 hektar di Jalan Dobo, Jakarta Utara. Klaim ini berdasarkan sertifikat Hak Pengelolaan No. 1/Koja Utara di Jalan Dobo, Kelurahan Koja, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, yang diterbitkan Kantor Pertanahan Jakarta Utara, pada 21 Januari 1987. Sedangkan Ahli waris Mbah Priok beserta pengikutnya mengklaim bidang tanah ini milik ahli waris dan bukan milik perusahaan tersebut. Klaim dinyatakan berdasarkan Eigendom Verponding No.4341 dan No.1780. Namun setelah dilakukan penelitian kembali oleh Kantor Pertanahan Jakarta utara, dinyatakan tanah tersebut telah tertulis sebagai milik PT Pelindo II. Kantor Pertanahan Jakarta Utara telah mengeluarkan surat tertanggal 6 Februari No. 182/09.05/HTPT tentang permintaan penjelasan status tanah makam Al Haddad. Dalam surat tersebut dinyatakan status tertulis tanah di Jalan Dobo atas nama Gouvernement Van Nederlandch Indie dan telah diterbikan sertifikan hak pengelolaan No. 1/Koja utara atas nama Perum Pelabuhan II. (Sumber: Republika Online, http://republika.co.id)
|
14/04/2010 - 14:27 FUI Sesalkan Penggusuran Makam Mbah Priok
Kawiyan
INILAH.COM, Jakarta - Forum Umat Islam (FUI) menyesalkan tindakan Pemda DKI Jakarta menggusur pemakaman Mbah Priok, apapun alasannya.
"Makam itu merupakan situs sejarah umat Islam Betawi dan menjadi salah satu tempat wisata ziarah," ujar Sekjen FUI Muhammad Al Khattat kepada INILAH.COM di Jakarta, Rabu.
Menurut Al Khatat, makam tersebut punya nilai sejarah yang mengajarkan kepada umat Islam mengenai metode penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Mbah Priok. Jadi, apapun alasannya, penggusuran makam Mbah Priok tak dapat dibenarkan.
"Janganlah demi kepentingan bisnis para kapitalis, pemerintah memberangus sejarah umat Islam," tegas Al Khattat. Alhattat mengaku dapat memahami kemarahan warga dan santri di sekitar makam Mbah Priok dalam menghadapi ratusan aparat yang brutal.
Sebab, mereka menganggap makam itu sebagai warisan budaya yang memiliki nilai sejarah. Mereka juga menganggap Mbah Priok sebagai wali. Karenanya, ia menyesalkan tindakan Pemda DKI Jakarta menggusur makam Mbah Priok. [wdh] (inilah.com).
|