Air adalah sumber kehidupan. Tanpa air kehidupan akan menjadi gersang.
|
Penggunaan Tanah
|
Luas (Km2)
|
Persentase (%)
|
Hutan
|
501.63
|
69
|
Sawah Padi
|
36.35
|
5
|
Pertanian
|
87.24
|
12
|
Perkotaan
|
101.78
|
14
|
Jumlah
|
727
|
100
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
|
|
mm
|
670
|
551.2
|
417.8
|
209.1
|
147.8
|
80
|
|
°C
|
25.9
|
25.9
|
26.2
|
26.6
|
26.9
|
26.5
|
|
|
Jul
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Tahun
|
|
59.4
|
35.3
|
37.4
|
126.3
|
297.4
|
571.1
|
3203.4
|
|
26
|
26.6
|
27.1
|
27.4
|
26.8
|
25.9
|
26.5
|
Daerah Aliran Sungai Asahan
Oleh
Anggi Kusumawardani, 0606071185
Pendahuluan
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan wilayah yang dibatasi oleh topografi dimana air yang berada di wilayah tersebut akan mengalir ke outlet sungai utama hingga ke hilir. Sandy (1996) mendefinisikan DAS sebagai bagian dari muka bumi yang yang airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan apabila hujan jatuh. Selain itu menurutnya, sebuah pulau selamanya akan terbagi habis ke dalam daerah-daerah aliran sungai. Komponen yang terdapat dalam DAS terdiri dari komponen fisik, kimia, dan biologi. Komponen fisik mencakup kondisi fisik geografis DAS yang bersangkutan sedangkan kondisi kimia lebih menitikberatkan kepada kondisi dari air sungai. Komponen biologi dilihat dari keragaman makhluk hidup termasuk manusia yang ada dalam DAS yang memiliki andil terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem DAS.
DAS memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan. Karena dalam DAS terdapat suatu sistem yang berjalan dan terdiri dari berbagai komponen. DAS dapat dibagi menjadi tiga bagian menurut pengelolaannya. Yaitu DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. DAS di bagian hulu amat penting sebagai penyimpan air, penyedia air untuk industri, potensi pembangkit listrik, dan yang tak kalah penting sebagai penyeimbang ekologis di dalam sistem DAS. DAS bagian tengah merupakan wilayah dimana adanya permukiman serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Di DAS bagian hilir biasanya merupakan daerah endapan yang subur sehingga padat akan permukiman penduduk. Selain itu lokasi-lokasi industri juga banyak yang terdapat di DAS bagian hilir. Penggunaan tanah sebagai pencerminan aktivitas penduduk akan memengaruhi kondisi di suatu DAS sehingga bisa berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas air sungai yang ada.
Sungai asahan merupakan sungai yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Sungai ini merupakan sungai yang berhulu di Danau Toba dan mengalirkan sungainya hingga ke Selat Malaka. DAS Asahan menjadi banyak diperbincangkan media ketika pemerintah melaksanakan pembangunan PLTA serta pabrik aluminium dalam skala yang besar. Keberadaan DAS Asahan sebagai bagian dari sistem hidrologi menjadi suatu hal yang penting untuk dijaga keberadaannya.
DAS Asahan
Sumber : Jayawerdana, et. al (eds), 1997
Gambaran Umum DAS Asahan
DAS Asahan terletak di Provinsi Sumatera Utara. DAS Asahan mencakup Danau Toba yang menjadi hulunya berikut Sungai Asahan sebagai outlet sungai utamanya. Panjang sungai Asahan 147 km dengan enam buah anak sungai utamanya. Luas dari DAS Asahan ini mencapai 3.741 km2 dimana hulunya berasal dari Danau Toba dan mengalirkan sungai hingga ke Selat Malaka. Rata-rata curah hujan yang ada di DAS Asahan yaitu berkisar 2.112 mm per tahun. Kota utama yang dilingkupi oleh DAS Asahan diantaranya Parapat, Porsea, Balige, Kisaran, dan Tanjung Balai. Titik ketinggian tertinggi di DAS Asahan yaitu Gunung Dolok Sibutan dengan tinggi 2.457 mdpl sedangkan yang terendah terdapat di Tanjung Jumpul dengan ketinggian 0 mdpl. Di bagian hilir sungai, kejadian banjir kerap kali terjadi karena meluapnya air Sungai Asahan.
Keadaan Umum Sungai Asahan
Sumber : Jayawerdana, et. al (eds), 1997
Karakteristik Sungai Asahan dan anak sungainya
Sumber : Jayawerdana, et. al (eds), 1997
KONDISI FISIK
Jenis Batuan di DAS Asahan
Jenis batuan yang teridentifikasi di DAS Asahan diantaranya tuf Toba, formasi Samosir, baik yang terbentuk di lapisan mudanya atau yang lebih tua umur batuannya. Di sekitar Danau Toba terdapat batuan intrusif yang terbentuk sejak zaman tersier. Wilayah jenis batuan ini meliputi lingkar luar Danau Toba serta pada wilayah bagian timur Sumatera Utara yang rendah. Pada kondisi batuan yang demikian, banyak ditemukan beberapa tempat penghasil emas untuk dieksplorasi lebih lanjut. Adapun jenis batuan yang terdapat di Pulau Samosir terdiri dari batuan sedimen yang terbentuk sejak zaman kuarter.
Batuan yang terdapat di sekitar Danau Toba termasuk di DAS Asahan terbentuk akibat muntahan Gunung Toba pada lebih dari 70.000 tahun yang lalu. Di sekeliling Toba banyak ditemukan abu vulkanik (tuf) hasil dari muntahan Toba. Cirinya yaitu berstruktur pasir dan mudah lepas. Tak heran jika di sekeliling Toba merupakan lahan yang subur dan banyak ditumbuhi oleh tumbuhan. Pulau Samosir yang terletak di tengah Danau Toba merupakan batuan sedimen yang bertekstur pasir yang terkonsolidasi dan terdapat batu kerikil.
Sumber : Jayawerdana, et. al (eds), 1997
Penggunaan Tanah di DAS Asahan
Penggunaan tanah di DAS Asahan dapat dilihat pada peta penggunaan tanah di bawah. Pada peta terlihat bahwa mayoritas penggunaan tanah di DAS Asahan terdiri dari badan air (Danau Toba), perkebunan (forest plantation), dan lahan pertanian sawah. Secara geografis, badan air yang berupa Danau Toba berada di hulu DAS Asahan yang sekaligus menjadi sumber air Sungai Asahan. Di tengah badan air terdapat Pulau Samosir yang menjadi pusat permukiman serta dimanfaatkan untuk perkebunan dan pertanian tanah kering. Di bagian tengah penggunaan tanah berupa sebagian hutan dan juga perkebunan. Di bagian hilir, karena merupakan daerah datar dimanfaatkan untuk lahan pertanian sawah.
Sumber : Jayawerdana, et. al (eds), 1997
KEADAAN SOSIAL EKONOMI
Kepadatan Pendududk
Sumber : Sanudin dan Antoko, 2007
Kepadatan penduduk dalam suatu kajian pengelolaan DAS dapat digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh dari kepadatan penduduk terhadap penggunaan tanah yang ada di DAS Asahan. Dari Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata kepadatan penduduk di DAS Asahan adalah 732,25 orang/km2, dimana nilai ini menurut kriteria FAO (1985) termasuk kategori padat karena > 250 orang/km2. Kabupaten yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi adalah Tanjung Balai dengan jumlah penduduk 149.238 orang dalam luas wilayah 60,52 km2. ArtinyaTanjung Balai mempunyai kepadatan penduduk 2.466 orang dalam setiap km2. Sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kabupaten Toba Samosir dengan jumlah 68 jiwa /km2.
Struktur Ekonomi
Sumber : Sanudin dan Antoko, 2007
Tabel di atas menggambarkan PDRB (pendapatan Daerah Regional Bruto) yang terdapat di DAS Asahan menurut lapangan usahanya. Dari tabel tersebut terlihat kecenderungan kegiatan ekonomi yang dominan di DAS Asahan. Sektor yang dilihat yaitu sektor pertanian dan industri. Untuk sektor pertanian PDRB tertinggi berada di Kabupaten Toba Samosir dan Simalungun sedangkan untuk sektor industri didominasi oleh Kabupaten Asahan dan Tanjung Balai. Dari gambaran PDRB keempat kabupaten tersebut di atas maka kegiatan dominan ekonomi di hulu dan hilir DAS Asahan dapat dibedakan. Kabupaten yang terdapat di daerah hulu DAS Asahan yaitu Kabupaten Toba Samosir dan Simalungun sedangkan yang berada di bagian hilir yaitu Kabupaten Asahan dan Tanjung Balai.
Biasanya kegiatan utama ekonomi di hulu yaitu dominasinya di kegiatan pertanian sedangkan di bagian hilirnya adalah kegiatan industri. Namun, di DAS Asahan ini cukup menarik dimana Kabupaten Toba Samosir yang berada di hulu sektor dominannya yaitu kegiatan industri. Bahkan dengan nilai yang besar yaitu 4.468.664. Dominannya kegiatan industri di Kabupaten Toba Samosir ini bisa dikarenakan terdapatnya industri kertas PT Toba Pulp Lestari yang memiliki jangkauan pasar nasional hingga internasional. keberadaan industri kertas ini akan menyerap lapangan pekerjaan yang besar sehingga kegiatan ekonomi dominan di kabupaten ini adalah kegiatan industri. Kabupaten lainnya yang berada di daerah hulu yaitu Kabupaten Simalungun. Berbeda dengan Kabupaten Toba Samosir yang memiliki sektor dominan industri, kabupaten Simalungun sektor dominannya yaitu sektor pertanian. Hal ini bisa dilihat dari PDRB nya yang mencapai 2.928.657.
Di bagian hilir, sektor dominannya terbagi menajdi dua yaitu sektor dominan industri di Kabupaten Asahan dan sektor dominan pertanian di Kabupaten Tanjung Balai. Kabupaten Asahan memiliki sektor dominan industri. Hal ini dikarenakan banyaknya kontribusi dari sektor industri yang berada di Kabupaten Asahan. Di Kabupaten Tanjung Balai memiliki sektor dominan pertanian. Menurut Sanudin dan Antoko (2007) dominannya sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Balai ini dikarenakan kegiatan perikanan yang cukup dominan. Hal ini masuk dalam kategori pertanian, sehingga memberikan nilai yang cukup tinggi pada PDRB sektor pertaniannya.
Pendapatan Masyarakat
Sumber : Sanudin dan Antoko, 2007
Pendapatan masyarakat dapat dijadikan sebagai indikatopr dalam perencanaan pembangunan. Tabel di atas memperlihatkan pendapatan masyarakat yang ada di DAS Asahan menurut kabupatennya. Rata-rata pendapatan per tahunnya berada di Kabupaetn Asahan dengan jumlah Rp. 14.341.044 per tahun sedangkan yang terendah terdapat di Kabupaten Simalungun dengan nilai Rp. 6.888.854 per tahun. Nilai rata-rata pendapatan masyarakat tersebut bergantung dari PDRB yang dihasilkan serta jumlah penduduk yang ada di kabupaten masing-masing.
DAFTAR BACAAN
Jayawardena, A. W, K. Takeuchi, dan B. Machbub (eds). River Catalogue. Volume II, December 1997, sumber : http://flood.dpri.kyoto-u.ac.jp/ihp_rsc/riverCatalogue/Vol_02/index.html, akses : 20 November 2009 pukul 10.00 WIB.
Sandy, I Made. 1996. Geografi Regional Republik
Sanudin dan B. S. Antoko. 2007. Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat di DAS Asahan, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 4 No. 4 Desember 2007, Hal. 355 – 367.
http://www.bakosurtanal.go.id/?m=30&p=10&view=367
KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SERAYU PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN KONDISI FISIK, SOSIAL SERTA EKONOMI
Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Dosen : Dr. Ir. Tarsoen Waryono, M. Sc
Mahasiswa: Ahmad Munir, 0706265150
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2009
DEPOK
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SUNGAI SERAYU
PROVINSI JAWA TENGAH
A. GAMBARAN UMUM
Sungai Serayu merupakan salah satu sungai terbesar di Pulau Jawa terletak di bagian tengah pulau. Sungai Serayu melintasi beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang melalui Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Sungai Serayu dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada wilayah Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Daerah Aliran Sungai Serayu pada saat ini telah mengalami kerusakan dan pencemaran lingkungan yang mengakibatkan menurunnya kualitas Air Sungai Serayu.
Daerah tangkapan sungai tersebut sebesar 4375 km2 dan sungai utama memiliki panjang 180 km dengan 11 anak sungainya. Sungai berasal dari lereng barat laut Gunung Prahu dan mengalir keluar ke Samudera Hindia. Sedangkan kompleks Gunung Slamet terletak di tengah-tengah daearh aliran sungai. Beberapa pegunungan, termasuk Sumbing dan Sundoro di sebelah timur, Walirang di utara, dan serangkaian perbukitan rendah di sepanjang bagian selatan mengelilingi daerah aliran sungai serayu yang merupakan rangkaian pegunungan selatan.
Iklim monsun tropis dominan atas daerah aliran sungai dan lebih dicirikan oleh berbeda musim basah dan kering. Rata-rata curah hujan tahunan di dalam DAS mencapai sekitar 4 000 mm dan rata-rata tahunan di Daerah Tangkapan Banjarnegara (704 km2) adalah 57,16 m3/s pada tahun 1995. Penduduk lembah Sungai Serayu adalah 3,5 juta pada tahun 1995. Para Sungai Serayu digunakan untuk irigasi, air minum, industri, listrik tenaga air, dan lain-lain. Beberapa bendungan,seperti Pangsar Sudirman Bendungan yang dibangun pada tahun 1983 (kapasitas 141 juta m3), Irrigáis Banjar Cahyana(mengairi 6
550 ha), Irigasi Tajum (mengairi 3 200 ha) dan Irigasi Pesanggrahan (mengairi 4 000 ha) telah dibangun.
Terletak di kaki bukit Pegunungan Serayu di tengah pulau Java, Wonosobo dikenal sebagai pintu gerbang ke Dataran Tinggi Dieng tempat tertua di Jawa Terletak kuil Hindu. Wonosobo adalah pohon kepala daerah aliran sungai utama di Propinsi Jawa Tengah: Serayu, Bogowonto dan Luk Ulo.
B. KONDISI GEOGRAFIS DAS SERAYU
a. Kondisi Umum Fisik Wilayah DAS
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah membagi Sungai Serayu dalam 16 (enambelas) segmen sungai, yang terdiri dari:
1. Segmen I adalah badan air Sungai Serayu dimulai dari daerah hulu pada km 181, yaitu Mata Air Tuk Bima Lukar Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo pada koordinat 7o12’16” LS dan 109o54’47,4” BT sampai dengan km 168, yaitu Telaga Menjer, Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo pada koordinat 7o16’21,9” LS dan 109o55’29,9” BT;
2. Segmen II adalah badan air Sungai Serayu yang dimulai dari km 168, yaitu Telaga Menjer, Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo pada koordinat 7o16’21,9” LS dan 109o55’29,9” BT sampai dengan km 149, yaitu Desa Pekuncen Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo pada koordinat 7o16’21,9” LS dan 109o55’29,9” BT;
3. Segmen III adalah badan air Sungai Serayu, dimulai dari km 149, yaitu dari Desa Pekuncen Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo pada koordinat 7o16’21,9” LS dan 109o55’29,9” BT sampai dengan km 144, yaitu Desa Sojokerto Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo pada koordinat 7o24’14” LS dan 109o52’49,4” BT;
4. Segmen IV adalah badan air Sungai Serayu yang dimulai km 144, yaitu Desa Sojokerto Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo pada koordinat 7o24’14” LS dan 109o52’49,4” BT sampai dengan km 137, yaitu Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o24’49,9” LS dan 109o48’36” BT;
5. Segmen V, adalah badan air Sungai Serayu yang dimulai dari km 137, yaitu Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o24’49,9” LS dan 109o48’36” BT sampai dengan km 122, yaitu Desa Rejasa Kecamatan Madukoro Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o23’16,9” LS dan 109o41’38,1” BT ;
6. Segmen VI, adalah badan air Sungai Serayu, dimulai dari km 122 yaitu Desa Rejasa Kecamatan Madukoro Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o23’16,9” LS dan 109o41’38,1” BT sampai dengan km 177, yaitu Desa Pucang Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o23’28,3” LS dan 109o40’2,2” BT ;
7. Segmen VII, adalah badan air Sungai Serayu, dimulai dari km 117 yaitu Desa Pucang Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o23’28,3” LS dan 109o40’2,2” BT sampai dengan km 107 , yaitu Desa Tapen Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o24’4,9” LS dan 109o35’51,1” BT ;
8. Segmen VIII adalah badan air Sungai Serayu, dimulai dari km 107, yaitu Desa Tapen Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o24’4,9” LS dan 109o35’51,1” BT sampai dengan km 98, yaitu Desa Purwonegoro Kecamatan Purwanegara Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o28’48,1” LS dan 109o33’26,7” BT ;
9. Segmen IX, adalah badan air Sungai Serayu yang dimulai dari km 98, yaitu Desa Purwonegoro Kecamatan Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o28’48,1” LS dan 109o33’26,7” BT sampai dengan km 91, yaitu Desa Gelang Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o26’48,4” LS dan 109o31’23,2” BT ;
10. Segmen X, adalah badan air Sungai Serayu dimulai dari km 91, yaitu Desa Gelang Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o26’48,4” LS dan 109o31’23,2” BT sampai dengan km 73, yaitu Desa Purwareja Kecamatan Purworejo Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o27’51” LS dan 109o25’11” BT ;
11. Segmen XI, adalah badan air Sungai Serayu yang dimulai dari km 73, yaitu Desa Purwareja Kecamatan Purworejo Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o27’51” LS dan 109o25’11” BT sampai dengan km 60, yaitu Desa Kemranggon Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o28’38,8” LS dan 109o23’13,6” BT ;
12. Segmen XII, adalah badan air Sungai Serayu dimulai dari km 60, yaitu Desa Kemranggon Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara pada koordinat 7o28’38,8” LS dan 109o23’13,6” BT sampai dengan km 42, yaitu Desa Wlahar Kulon Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas pada koordinat 7o30’31,1” LS dan 109o17’47,3” BT ;
13. Segmen XIII, adalah badan air Sungai Serayu dimulai dari km 42, yaitu Desa Wlahar Kulon Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas pada koordinat 7o30’31,1” LS dan 109o17’47,3” BT sampai dengan km 37 Desa Mandirancan Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas pada koordinat 7o29’28,3” LS dan 109o13’27,3” BT ;
14. Segmen XIV, adalah badan air Sungai Serayu dimulai dari km 37, yaitu Desa Mandirancan Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas pada koordinat 7o29’28,3” LS dan 109o13’27,3” BT sampai dengan km 27, yaitu Desa Rawalo Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas pada koordinat 7o32’51” LS dan 109o10’09” BT ;
15. Segmen XV, adalah badan air Sungai Serayu dimulai dari km 27, yaitu Desa Rawalo Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas pada koordinat 7o32’51” LS dan 109o10’09” BT sampai dengan km 19 Desa Losari Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas pada koordinat 7o34’42,5” LS dan 109o8’53,4” BT ;
16. Segmen XVI, adalah badan air Sungai Serayu dimulai dari km 19, yaitu Desa Losari Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas pada koordinat 7o34’42,5” LS dan 109o8’53,4” BT sampai dengan km 0, yaitu muara Sungai Serayu Kec. Adipala, Kab. Cilacap pada koordinat 7o40’45,2” LS dan 109o6’49,5” BT.
Tabel Kondisi Fisik Das Sungai serayu
DAS |
Luas Drainase KM2 |
Lithologi dalam % |
Penggunaan Tanah dalam % |
Ton/Km2 |
|||||
Deposit volcanic dan fluvial muda |
Vulkanik tua |
Formasi merawu |
Hutan |
Pengolahan Lahan Kering |
Sawah Th. 1907 |
||||
1907 |
1974 |
||||||||
Serayu di Sojokerto |
331 |
87 |
13 |
- |
>30 |
18 |
<52 |
18 |
5700 (M) |
Serayu di Jenggawur |
712 |
13 |
82.5 |
4.5 |
23 |
8 |
73 |
4 |
8000 (M) |
Merawu |
198 |
56 |
22 |
21 |
39 |
22 |
55 |
6 |
14100 (M) 13900 (S) |
Pekacangan di Liangan |
134 |
28 |
49 |
33 |
53 |
37 |
33 |
14 |
24600 (M) |
Pekacangan di Penaruban |
229 |
51 |
49 |
20 |
30 |
22 |
56 |
14 |
6100 (M) |
Serayu di Mrica |
940 |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
6800 (S) |
Tadjum |
260 |
48 |
- |
52 |
- |
- |
- |
- |
750-1000 (R |
M; Mohr
b. Kondisi Geologi
Kondisi geologi yang dijumpai pada jalur Pegunungan Serayu Utara, yaitu pada lereng bagian selatan dari Gunung Api Rogojembangan, Dieng dan Gunung Sundoro, serta terletak pada bagian utara dari aliran Sungai Serayu yang mengalir dari Timur ke arah Barat. Tidak semua formasi batuan Tersier yang tersingkap di daerah penyelidikan, sehingga akan mempunyai kenampakan dan ciri khusus mengenai morfologi, stratigrafi dan keadaan struktur di daeah tersebut.
Formasi batuan tertua yang tersingkap di daerah penyelidikan adalah Formasi Totogan, berumur Oligosen, yang diendapkan selaras di atas endapan batugamping terumbu. Batuan dari Formasi Totogan terdiri dari : Breksi, batulempung, napal, batupasir, konglomerat dan tufa. Bagian bawah satuan ini terdiri dari perselingan tak teratur dari breksi aneka bahan, batulempung dan konglomerat berkomponen basal yang terpilah buruk. Tebal satuan ini diperkirakan sekitar 150 meter dan menipis ke arah Selatan, yang diendapkan dalam lingkungan batial atas dan merupakan endapan olistostrom.
Formasi Rambatan, berumur Miosen Awal sampai Tengah, diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Totogan, terdiri dari satuan batuan serpih, napal dan batupasir gampingan mengandung foraminifera kecil, tebal formasi ini diperkirakan lebih dari 370 meter dan diendapkan dalam lingkungan laut terbuka. Pada Formasi Rambatan terdapat Anggota Sigugur yang berupa endapan batugamping terumbu, mengandung foraminifera besar dan mempunyai ketebalan beberapa ratus meter. Di atas formasi ini diendapkan secara selaras satuan batuan dari Formasi Halang dan Formasi Kumbang.
Formasi Halang, berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal, terdiri dari satuan batupasir tufaan, konglomerat, napal dan batulempung yang mengandung fosil Globigerina dan foraminifera kecil, bagian bawah berupa batuan breksi andesit. Tebal formasi ini bervariasi dari 200 meter sampai 500 meter dan menipis ke arah Timur. Formasi ini diendapkan sebagai endapan turbidit dalam lingkungan batial atas dan diendapkan menjemari dengan satuan batuan Formsi Kumbang.
Formasi Kumbang, berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal, terdiri dari dari satuan batuan lava andesit yang mengaca, basal, breksi, tufa dan sisipan napal yang
mengandung fosil Globigerina, diendapkan dalam lingkungan laut dan diendapkan menjemari dengan satuan batuan Formasi Halang. Ketebalan formasi ini sekitar 2000 meter yang menipis ke arah Timur. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Tapak.
Formasi Tapak, berumur Pliosen, diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Kumbang dan menjemari dengan Formasi Kalibiuk, terdiri dari satuan batupasir gampingan dan napal berwarna hijau mengandung pecahan molusca. Pada formasi ini terdapat Anggota Batugamping dari batugamping terumbu yang mengandung koral dan foraminifera besar, napal dan batupasir yang mengandung molusca. Selain itu terdapat juga Anggota Breksi yang terdiri dari breksi gunung api yang bersusunan andesit dan batupasir tufaan yang sebagian mengandung sisa tumbuhan. Ketebalan formasi ini sekitar 500 meter, yang diendapkan dalam lingkungan peralihan sampai laut.
Formasi Kalibiuk, berumur Pliosen, diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Kumbang dan menjemari dengan Anggota Breksi Formasi Tapak, terdiri dari satuan batuan napal dan batulempung, bersisipan tipis tufa pasiran. Napal dan batulempung berwarna abu-abu kebiruan, kaya fosil molusca. Tebal Formasi Kalibiuk diperkirakan sampai 3000 meter yang diendapkan dalam lingkungan pasang surut. Di atas formasi ini diendapkan satuan batuan dari Formasi Ligung.
Anggota Breksi Formasi Ligung, berumur Plistosen, diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Kalibiuk, terdiri dari satuan batuan breksi gunung api (aglomerat) yang bersusunan andesit, lava andesit hornblenda dan tufa. Di atas Formasi Ligung diendapkan endapan undak sungai berupa pasir, lanau, tufa, konglomerat dan breksi tufaan yang tersebar di sepanjang lembah Sungai Serayu.
Batuan Gunung api Jembangan, berumur Plistosen, diendapkan bersamaan dengan endapan undak sungai, terdiri dari satuan batuan lava andesit hiperstein-augit, klastika gunung api, lahar dan aluvium. Batuan Gunung api Dieng, berumur Plistosen, diendapkan di atas Batuan Gunung api Jembangan, terdiri dari satuan batuan lava andesit dan andesit-kuarsa serta batuan klastika gunung api, yang kemudian diatasnya diendapkan endapan aluvial. Endapan aluvial, berumur Holosen, berupa endapan pasir, kerikil, lanau, lempung serta endapan sungai dan rawa, yang diendapkan tidak selaras di atas satuan batuan yang berada di bawahnya.
Di kawasan DAS, selain endapan batuan sedimen, terdapat juga batuan terobosan yang berkomposisi diorit, yang terjadi pada Kala Miosen dan Pliosen serta menembus sebaran endapan dari Formasi Rambatan dan Formasi Tapak.
Berdasarkan geologi tektonik DAS Serayu terletak diantara jalur pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan, yaitu pada Zona intramontain, yang mana terdapat sekitar empat buah patahan naik dan beberapa patahan normal yang membuat adanya block faulting di daerah tersebut, diperkirakan terjadi adanya kegiatan tektonik sekitar Mio-Pliosen yang dibarengi dengan munculnya batuan intrusi, sehingga banyak dijumpai kemiringan lapisan batuan hingga 700. Patahan naik dan patahan normal tersebut memotong di tengah DAS Serayu yang berarah Tenggara-Baratlaut, yaitu berkisar dari N 2850 E Sampai N 3150 E. Selain itu terdapat juga patahan geser atau mendatar yang berarah hampir arah Utara-Selatan, umumnya banyak terdapat pada bagian Tenggara dan bagian Baratlaut daerah penyelidikan, yang mengakibatkan adanya pergeseran dari sebaran Formasi Rambatan, Tapak dan Formasi Ligung. Selain itu juga mengakibatkan adanya pergeseran dan overlaping dari patahan-patahan naik dan patahan normal, yang diperkirakan terjadi akibat kegiatan tektonik disekitar Plio-Pleistosen. Struktur lipatan tidak dijumpai di daerah tersebut, umumnya banyak dijumpai lapisan batuan yang homoklin, miring ke arah Timurlaut.
Pada umumnya lapisan batubara terdapat dalam endapan batuan serpih, dan berasosiasi dengan endapan batugamping terumbu dalam lingkungan laut dangkal atau lagoon. Mengingat bahwasanya pada Formasi Rambatan yang tersebar cukup luas di daerah penyelidikan, yang terdiri dari endapan batuan serpih dan batupasir gampingan, serta di beberapa tempat terdapat endapan batugamping yang diendapkan dalam lingkungan laut terbuka, maka di harapkan dapat ditemukan adanya batubara yang terkandung di dalam batuan serpih tersebut.
Di daerah Wangon, Kabupaten Banyumas, terdapat rembasan minyak pada lapisan batupasir Formasi Halang, yang diperkirakan batuan sumber (source rock) yang mengandung minyak tersebut berasal dari formasi batuan yang berada di bagian bawahnya, sedangkan posisi Formasi Rambatan persis berada dibawah Formasi Halang, maka diharapkan Formasi Rambatan tersebut mengandung batubara.
c. Kondisi Geomorfologi
Satuan morfologi dataran, umumnya terdapat pada bagian selatan, yang menempati sekitar 15% daerah penyelidikan, menyebar memanjang hampir berarah Timur-Barat, yaitu disekitar bantaran aliran Sungai Serayu, yang tediri dari endapan aluvial dan undak sungai, umumnya merupakan lahan persawahan dan tempat pemukiman penduduk. Mempunyai rata-rata ketinggian sekitar 100 sampai 500 meter dari permukaan laut.
Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang, umumnya terdapat pada bagian tengah yang menyebar memanjang hampir berarah Timur-Barat, menempati sekitar 40% daerah penyelidikan, terletak di sekitar tekuk lereng kaki gunung, terdiri dari endapan batuan sedimen dan sebagian endapan batuan gunung api, umumnya berupa lahan perkebunan dan sedikit persawahan serta pemukiman penduduk. Mempunyai rata-rata ketinggian sekitar 500 sampai 1000 meter dari permukaan laut.
Satuan morfologi perbukitan terjal, umumnya terdapat pada bagian utara dan tengah yang menyebar tidak merata, menempati sekitar 45% daerah penyelidikan, terletak di sekitar lereng gunung, terdiri dari batuan gunung api, batuan terobosan dan endapan batugamping serta batupasir, umumnya berupa hutan, baik hutan industri, hutan lindung dan hutan konservasi, tidak ditempati penduduk, mempunai rata-rata ketinggian diatas 1000 meter dari permukaan laut.
Berdasarkan bentuk bentang alam dan penyebaran geografis, wilayah ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Kondisi Geomorfologi Daerah Aliran Sungai di Bagian Hulu
1. Bagian Utara
Merupakan daerah pegunungan dengan relief bergelombang dan curam, bagian ini meliputi kecamatan, yaitu: Kalibening, Pandanarum, Wanayasa, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara dan Banjarmangu. Lebih dari 30% dari daerah ini pada kemiringan 40 derajat atau lebih, dengan ketinggian antara 270-3,250 masl dan hujan 2,000-3,000 mm per tahun. Dengan lereng-lereng curam tanah ini terkunci kabupaten Wonosobo dapat dianggap sebagai lingkungan area kritis untuk erosi dan tanah longsor.
2. Bagian Tengah
Merupakan daerah yang relative datar, merupakan lembah sungai Serayu yang subur, bagian wilayah ini meliputi kecamatan: Banjarnegara (sebagian), Madukara, Bawang, Purwanegara, Mandiraja, Purwareja Klampok, sebagian Kecamatan Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu.
3. Bagian Selatan
Merupakan daerah pegunungan yang berrelif curam, bagian ini meliputi kecamatan: Sigaluh, sebagian Kecamatan Banjarnegara, Pagedongan, Bawang, Mandiraja dan sebagian Kecamatan Susukan. ada sekitar 20.000 ha lahan kering dikelol dikelola SE sebagai hutan masyarakat lokal.
LAMPIRAN DATA KLIMATOLOGIS
d. Rata-rata suhu di wilayah DAS Serayu
e. Curah Hujan
f. Peta Persebaran Station Pengamatan
g. Perbedaan Ketinggian dan jarak
C. KONDISI HIDROLOGIS
Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu di bagian tengah merupakan daerah yang relative datar, merupakan lembah yang subur, bagian wilayah ini meliputi kecamatan: Banjarnegara (sebagian), Madukara, Bawang, Purwanegara, Mandiraja, Purwareja Klampok, sebagian Kecamatan Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu.
D. SOSIAL & EKONOMI
a. Kondisi Sosial Kependudukan
Penduduk telah berkembang dengan pesat (733.000 jiwa pada tahun 2001) mewakili 3% dari Jawa Tengah Provinsi.
b. Kondisi Ekonomi Kawasan Daerah Aliran Sungai
Komoditas unggulan wilayah DAS Sungai Serayu di daerah Banjarnegara ada beberapa komoditas yang selama ini telah berkembang yang pantas menjadi komoditas unggulan, meliputi:
o Pertanian : kentang, salak dan teh
o Industri : keramik,
o Pariwisata: obyek wisata Dataran Tingi Dieng.
Disamping itu juga terhadap komoditas andalan meliputi :
· Komoditas tanaman pangan :padi,palawija (jagung dan ketela pohon), buah-buahan (durian)
· Komoditas Perkebunan :kelapa, kayu (albasia), tanaman rempah-rempah.
· Komoditas Perikanan :ikan gurami dan lele
· Komoditas Peternakan :sapi dan kambing.Debit Air Serayu digunakan untuk mengoperasikan PLTA Mrica
c. Fungsi Ekologi dan Pertanian
Hutan negara Wonosobo mencakup lebih dari 19,2% dari total lahan. Ada dua hutan unit manajemen Perhutani (Kehutanan milik negara Perusahaan) yaitu Kedu Selatan dan Kedu Utara. UPH Kedu Selatan meliputi 8,934.72 ha, terbuat dari Agathis pinus dan perkebunan. Utara Kedu UPH meliputi wilayah 9,961.7 ha, ditutup dengan perkebunan pinus. Meskipun lansekap berbukit-bukit, sebagian besar merupakan kawasan hutan negara sebagai hutan produksi (67,96%), dengan hanya 31,59% melestarikan hutan, 0.27% konservasi hutan, dan 0,11% rekreasi hutan.
Erosi yang terjadi di hulu DAS Serayu di kecamatan kejajar kabupaten Wonosobo sangat parah. Kebanyakan bagian di kawasan Kejajar mengalami erosi lebih dari 500 ton / ha / tahun, bahkan mengalami erosi lokasi tertentu dengan volume mencapai 3.000-6.000 ton / ha / tahun. Kondisi ini disebabkan oleh orang-orang yang memotong pohon di kawasan hutan untuk mendapatkan tanah lebih subur untuk menanam sayuran. Mereka melakukannya tanpa izin pemerintah dan manajemen yang baik. (lihat gambar)
Gambar: Tingkat erosi yang tinggi di Hulu DAS Serayu, Tahun 2005
E. DAFTAR PUSTAKA
A.J.Pannekoek, Outline of the Geomorphology offava.
H.Jenny, Factors of Soil Formation: A System of Quantitative Pedology., 1941
J.Gerrald, Soil Geomorphology: An Integration of Pedology and Geomorphology., 1992
J.Sartohadi, Prosiding Simposium Nasional Pencegahan Bencana Alum: Daerah Rawan Bencana Longsor dan Erosi di Daerah Istimewa Yogyakarta - Tinjauan Geomorfologi-Tanah., 2002
K.Mangunsukardjo, Inventarisasi Sumberdaya Lahan di Daerah Aliran Sungai Serayu dengan Tinjauan Secara Geomorfologi., 1984
M.Djuri, H. Samodra, T.C. Amin, S. Gafoer, Peta Geologi Lenzbar Purwokerto dan Tegal, Jawa., 1996
P.W.Birkeland, Soils and Geomorphology, 1984
S.Asikin, A. Handoyo, H. Busono, S. Gafoer, Peta Geologi Lembar Kebumen Jawa, 1992
S.W.Buol, F.D. Hole, R.J. McCracken, R.J. Southard, Soil Genesis and Classifiea lion., 1997
Tim Fakultas Geografi UGM, Penyusunan Rencana Induk (Grand Design) Pengelolaan Lingkungan Hidup DAS Serayu Propinsi Jawa Tengah, 2003
http://www.blh.jawatengah.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=44&Itemid=49
http://www.trisanita.org/asespaper2008/ases03v3n1y2008.pdf
http://rafflesia.wwf.or.id/library/admin/attachment/clips/2006-08-02-004-0004-005-06-0923.pdf
F. LAMPIRAN
Tabel Informasi tentang situs stasiun mengukur digunakan dalam studi hidrologi.
===========================