Air adalah sumber kehidupan. Tanpa air kehidupan akan menjadi gersang.
Geographer - Free Researcher - Geography Teacher - Hydrology Interest - Aktivis

Kliping Koran


















KLIPING SURAT KABAR



lanjutan






Strategi Hadapi UN
 
Rencana pemerintah meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan makin gencar. Ditetapkannya standar nilai rata-rata 4,26 tahun lalu dan 4,5 tahun sekarang, nampaknya membuat pusing semua lembaga pendidikan. Sandar rata-rata nasional tahun lalu saja sudah dianggap sulit bagi sebagian madrasah/sekolah.
 
Namun strategi untuk menangkis juga tak ada hentinya. Rupanya setiap persoalan mesti ada jawabannya. Sama dengan UN dengan cara apa pun pemerintah mengeluarkan aturan tetap ada strategi pihak sekolah untuk melawan, salah satunya letak tempat duduk.
 
Posisi soal di urutan genap dan ganjil yang berbeda rupanya menjadi kekhawatiran akan sulitnya siswa saling bekerja sama. Untuk itu mereka berusaha mencari jalan keluar lain yaitu dengan memosisikan peringkat kelas untuk duduk di bangku terdepan. Harapannya, mampu menjadi promotor penggerak jumlah Iulusan sekolah/madrasah. Apa itu melanggaar UU ?.
 
Ahmad Munir
 
Siswa MAN Kalibeber, Wonosobo
 
***



Kamis, 03 Mei 2007 WACANA
Line
 
Surat Pembaca
Generasi Sarimin
 
Hasil pendidikan sekarang, tidak jauh berbeda dengan pola pendidikan pembentuk generasi sarimin (monyet cerdas yang mudah disuruh). Hal ini bila dilihat dari sisi kemampuan para peserta didik setelah lulus dari bangku sekolah dan sejauh mana kemampuannya berperan dalam masyarakat.
 
Apakah sesuai dengan hasil yang dicita-citakan dalam alinea pembukaan UUD 1945 alinea IV atau justru menyimpang jauh (...mencerdaskan kehidupan bangsa...). Kehidupan masyarakat yang cerdas, minimal mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri. Mulai dari pemenuhan kebutuhan hingga peningkatan kualitas dan kesejahteraannya.
 
Umumnya keinginan dari banyak siswa setelah lulus, bekerja di perusahaan ternama dengan harapan masa depan terjamin. Cita-cita tidaklah salah tapi pola pembentuk watak inilah yang salah. Watak yang dimaksud adalah sarimin, karena banyak persamaan dari realitas sosial ini dengan pertunjukan sarimin.
 
Contoh,perintah "sarimin pergi ke pasar". Maka monyet cerdas itu dengan cekatan mengambil payung dan berjalan sesuai keinginannya. Artinya mereka akan terus menjadi generasi yang bekerja untuk orang lain bukan generasi yang menciptakan pekerjaan untuk orang lain. Watak sarimin ini hampir melanda sebagian besar generasi muda yang sekarang masih dihadapkan pada persoalan kerja.
 
Hal ini memang tidak terlepas dari pola pendidikan yang diajarkan para guru sejak SD. Bukankah di TK jika ditanya guru ingin jadi apa, jawabannya jadi dokter, guru, polisi dan lainnya. Idealisme inilah yang menghantarkan para siswa menjadi generasi sarimin yang tidak pernah mengenal asal jati dirinya sebagai masyarakat agraris.
 
Terbukti cita-cita anak TK tidak ingin ada yang menjadi petani. Kehawatiran yang terus terjadi adalah peningkatan jumlah generasi ini seiring dengan ketidakberhasilan pola pendidikan membentuk watak dan pola pikir peserta didik untuk berlatih mandiri dan menciptakan lapangan kerja.
 
Jalan satu-satunya adalah mengubah pola pendidikan gengsi menjadi pola pendidikan berbasis realitas. Peserta didik harus mulai disuguhi dunia nyata bukan hanya sekedar teori belaka. Diharapkan generasi ke depan bukan lagi menjadi budak luar negeri tetapi menjadi tamu kehormatan untuk luar negeri.
 
Ahmad Munir
 
MAN Kalibeber Jl Raya Dieng Km 5, Wonosobo
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free